Al-Khiḍr (Arab:الخضر, Khaḍr, Khaḍer,
al-Khaḍir) adalah seorang nabi misterius yang dituturkan oleh Allah dalam
Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang nabi Khidir
yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa asal usul dan
kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.
Dalam bukunya yang berjudul “Mystical Dimensions of
Islam”, oleh penulis Annemarie Schimmel, Khidr dianggap sebagai salah satu
nabi dari empat nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’
atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah Idris (Henokh), Ilyas (Elia), dand Isa
(Yesus). Khidr abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan. Ada
beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Khidr adalah masih sama dengan
seseorang yang bernama Elia. Ia juga diidentifikasikan sebagai St. George.
Di antara pendapat awal para cendikiawan Barat, Rodwell menyatakan bahwa
“Karakter Khidr dibentuk dari Yitro.”
Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa
bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Khidr.
Beberapa orang mengatakan Khidr adalah gelarnya; yang lainnya menganggapnya
sebagai nama julukan. Khidr telah disamakan dengan St. George, dikenal sebagai
“Elia versi Muslim” dan juga dihubungkan dengan Pengembara abadi. Para
cendikiawan telah menganggapnya dan mengkarakterkan sosoknya sebagai orang
suci, nabi, pembimbing nabi yang misterius dan lain lain.
Etimologi
Al-Khiḍr secara harfiah berarti 'Seseorang yang Hijau' melambangkan
kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “berlarut
langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia Britannica, dikatakan
bahwa Khidr memiliki telah diberikan sebuah nama, yang paling terkenal adalah Balyā
biniMalkān.
Biografi\
Al-Khiḍr
(kanan) dan Dzu al-Qarnayn (yang selalu dihubungkan dengan Alexander the
Great), takjub dengan penglihatannya terhadap seekor ikan air asin yang kembali
hidup ketika ditaruh ke dalam Air Kehidupan.
Menurut
Syaikh Imam M. Ma’rifatullah al-Arsy, Segitiga Bermuda merupakan tempat titik terujung di
dunia ini. Ditengah kawasan itu terdapat sebuah telaga yang airnya dapat
membuat siapa saja yg meminumnya menjadi panjang umur, ditempat itu pula Khidr
bertahta sebagai penjaga sumber air kehidupan tersebut.
Teguran
Allah Kepada Musa
Kisah Musa
dan Khidr dituturkan oleh Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Menurut
Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab menceritakan bahawa beliau mendengar nabi Muhammad
bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil
lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa,
“Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku
ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu
daripada kamu.”
Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah
aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor
ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan
bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan
keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu.
Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah
tersebut.
Musa kemudiannya menunaikan perintah
Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama
pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan
memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup
jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan
selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk
memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah
menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.
Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh
menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya' tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa
untuk menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan
siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,
“
|
Nabi Musa
berkata kepada Yusya` “Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah
merasa letih karena perjalanan kita ini.” (Surah Al-Kahfi : 62)
|
”
|
Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa
sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang
diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.”
Yusya’ berkata kepada Nabi Musa,
“
|
“Tahukah
guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya
aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa
untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut
itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)
|
”
|
Musa segera teringat sesuatu, bahwa
mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang
sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali
ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka
sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.
“
|
Musa
berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak
mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)
|
”
|
Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir.
Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan
Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang
lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut
Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa
lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara
Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.
Persyaratan
belajar
Setibanya
mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah
putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam kepadanya. Khidir menjawab
salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak
mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.” Khidir
bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?” Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang
menemui tuan supaya tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang
telah diajarkan kepada tuan.”
Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67) “Wahai
Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu
karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu
wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak
kuketahuinya.”
“
|
Nabi Musa
berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar
dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi :
69)
|
”
|
“
|
Dia
(Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah
kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri
menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)
|
”
|
Perjalanan
Khidr dan Musa
Demikianlah
seterusnya Musa mengikuti Khidir dan terjadilah beberapa peristiwa yang menguji
diri Musa yang telah berjanji bahawa baginda tidak akan bertanya sebab sesuatu
tindakan diambil oleh Nabi Khidir. Setiap tindakan Nabi Khidir a.s. itu
dianggap aneh dan membuat Nabi Musa terperanjat.
Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir
menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa
untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir
memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya Nabi Musa meminta maaf karena
kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap
tindakan Nabi Khidir.
Selanjutnya
setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang
sedang bermain dengan kawan-kawannnya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh
Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut
kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan
beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala
sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi
Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.
Selanjutnya
mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan. Mereka
kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap
penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal
ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan
oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya
memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut. Nabi Musa tidak
kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu
memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka.
Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat
menerima Nabi Musa untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak diperkenankan
untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan Nabi Khidir.
Selanjutnya
Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa
bertanya. Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka
tumpangi karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu
tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.
Kejadian
yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena
kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi
dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur.
Kematian anak ini digantikan dengan anak yang shalih dan lebih mengasihi kedua
bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.
Kejadian
yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding
diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota
tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk
mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan
seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan
bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu
yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik
tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola peninggalan harta ayahnya.
Dipercaya tempat tersebut berada di negeri Antakya, Turki.
Akhirnya
Nabi Musa as. sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi
Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa dan merasa amat bersyukur karena telah
dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang shalih yang dapat
mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yaitu ilmu
ladunni. Ilmu ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Nabi Khidir yang bertindak sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan
menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi Musa menerima
nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira.
Saat
mereka di dalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor burung lalu hinggap di
ujung perahu itu. Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidir
berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah
tidak akan pernah berkurang seperti air laut ini karena diteguk sedikit airnya
oleh burung ini.”
Sebelum
berpisah, Khidir berpesan kepada Musa: “Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan
bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa
tujuan. Janganlah pula apabila kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan
kekhilafan yang telah dilakukan itu. Menangislah disebabkan kekhilafan yang
kamu lakukan, wahai Ibnu `Imran.”
Hikmah kisah
Khidir
Dari
kisah Khidir ini kita dapat mengambil pelajaran penting. Di antaranya adalah
Ilmu merupakan karunia Allah SWT, tidak ada seorang manusia pun yang boleh
mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang lainnya. Hal ini
dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah SWT yang diberikan
kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya (Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang
dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang shalih dan terpilih)
Hikmah
yang kedua adalah kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan
kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami. Hikmah ketiga adalah setiap
murid harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap murid harus bersedia
mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat
bertindak diluar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan
bahwa Islam memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.
Sumber:WikipediaIndonesia
Apakah Benar Nabi Khidir Masih Hidup?
Masih terdapat sebagian orang yang berkeyakinan bahwa Nabi Khidir sahib Nabi Musa ‘alaihimassalam masih hidup dan mendapatkan rezeki sampai sekarang, dan bahwa dia selalu mengelilingi dunia, dan bahwa dia dapat merubah bentuk dengan bentuk-bentuk yang bermacam-macam, dan mereka berkeyakinan bahwa dia tidak mempunyai bayangan dan dia bersama Nabi Ilyas ‘alaihissalam.
Sumber:WikipediaIndonesia
Apakah Benar Nabi Khidir Masih Hidup?
Masih terdapat sebagian orang yang berkeyakinan bahwa Nabi Khidir sahib Nabi Musa ‘alaihimassalam masih hidup dan mendapatkan rezeki sampai sekarang, dan bahwa dia selalu mengelilingi dunia, dan bahwa dia dapat merubah bentuk dengan bentuk-bentuk yang bermacam-macam, dan mereka berkeyakinan bahwa dia tidak mempunyai bayangan dan dia bersama Nabi Ilyas ‘alaihissalam.
Orang awam berkeyakinan bahwa jika
Nabi Khidir mengunjungi mereka dan mendo’akan mereka, maka mereka akan segera
menjadi kaya dalam sekejap mata jika tadinya miskin, dan jika dia marah kepada
mereka, maka mereka akan menjadi miskin jika mereka kaya, dan sakit jika mereka
sehat, dan mereka berkeyakinan bahwa Nabi Khidir datang dalam rupa
peminta-minta dan rupa orang sakit yang mengalir nanah dari badannya, dan
jika shahibul bait yang didatangi itu mengusirnya, maka ini adalah petunjuk
bahwa atas kesengsaraan dan kenahasan mereka, dan apabila mereka menerimanya
dengan lapang dada dan mengobatinya, maka dia akan tersembunyi tanpa
menghilangkan bekas, dan ini adalah petunjuk atas kebahagiaan mereka.
Apakah Nabi Khidir yang hidup di
zaman Nabi Musa ‘alaihimassalam masih hidup dan mendapatkan rezeki sampai
sekarang?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak penjelasan yang merupakan fatwa dari para ulama yang sholeh berikut ini.
Segala puji bagi Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan shalawat serta salam atas Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
Khidir adalah seorang nabi dari nabi-nabi Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan pendapat yang benar adalah bahwa Nabi Khidir ‘alaihissalam telah mati sebagaimana manusia lainnya, maka dia tidak dapat mengelilingi dunia, dan dia tidak berubah-rubah bentuk dan rupa, dan dia bukanlah sebab kaya atau miskinnya seseorang, dan telah dikeluarkan fatwa sebagai berikut; yang benar dari dua pendapat ulama adalah pendapat Jumhur yang mengatakan bahwa Nabi Khidir ‘alaihissalam telah meninggal berdasarkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad)” (QS: Al Anbiyaa’: 34)
Dan berdasarkan hadits yang shahih dari Ibnu Umar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Ibnu Umar berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat isya’ mengimami kami pada suatu malam pada akhir hayatnya dan ketika selesai shalat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berkata, yang artinya: “Terangkanlah kepadaku malam kalian ini, sesungguhnya di akhir 100 tahun ini tidak ada orang-orang yang hidup saat ini yang masih hidup (pada akhir seratus tahun itu)”. Ibnu Umar berkata; maka para sahabat salah pada apa yang mereka bicarakan tentang perkataan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam 100 tahun, maka Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Tidak akan hidup orang yang hidup di muka bumi sekarang (maksudnya adalah setelah habisnya abad ini)” (HR: Muslim)
Kemudian asal yang sering terjadi dalam sunatullah adalah anak adam pasti akan mati, maka kita harus mengikuti asal tersebut sehingga kita mendapatkan dalil yang merubahnya dan tidak shahih keberadaan dalil yang menunjukkan pengecualian terhadap Nabi Khidir ‘alaihissalam.
(Sumber Rujukan: Fatwa Lajnah Daimah, Ketua Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Wakil ketua Syaikh Abdur Razzaq Afifi, Anggota Syaikh Abdullah bin Ghadyan dan Syaikh Abdullah bin Qo’ud.jilid III hal. 210)
Kisah Nabi Khidir Dengan Raja Iskandar Dzul Karnain
Bahwa Nabi Khidir itu berumur panjang dan masih hidup sampai sekarang masih diyakini sebagian besar kaum muslimin pada umumnya, khususnya umat muslimin Islam tradisional di Indonesia.Kisah-kisah tentang Nabi Khidir ii terus menarik perhatian semua orang karena keunikannya.
Berikut ini di tuturkan kisah asal mula Nabi Khidir bisa berumur panjang, walau semua itu tidak lepas dari kehendak Allah SWt.
Kisah ini diriwayatkan ole Ats-tsa labi dari imam Ali, yang bermula dari Raja Iskandar Zulkarnain yang disebut The Great Alexander (Iskandar yang agung). Sebutan The Great Alexander kepada Raja Iskandar Zulkarnain karena beliau adalah seorang kaisar yang mampu menaklukkan dunia barat dan timur.Beliau disegani dan ditakuti orang di seluruh dunia pada zamannya.Walau demikian, posisi ini tidak menjadikan beliau sombong, beliau adalah salah seorang raja yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Suatu ketika raja Iskandar Zulkarnain pada tahun 3-2 SM berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi (istilah ke tepi bumi ini disebut orang sebelum Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1492 pada saat itu anggapan orang bumi itu tidak bulat). Allah mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rafa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Zulkarnain.
Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang dan raja Iskandar Zulkarnain berkata kepada malaikat Rafa’il : “wahai malaikat Rafa’il ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit.” Malaikat Rafa’il berkata:”ibadah para malaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya. Ada yang sujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya.” Mendengar keterangan ini Raja termenung. Dalam benaknya timbul keinginan bisa melakukan hal yang sama seperti malaikat. Niatnya hanya satu agar dapat beribadah kepada Allah. Lalu malaikat Rafa’il berkata: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air di bumi, namanya Ainul hayat yang artinya sumber air hidup, maka barang siapa yang meminumnya seteguk,maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia memohon kepada Allah agar supaya dimatikan.”
Kemudian raja bertanya kepada malikat Rafa’il:” apakah kau tahu dimana tempat ainul hayat itu.” Malaikat rafa’il menjawab: “ Bahwa sesungguhnya Ainul hayat itu berada di bumi yang gelap.”Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rafa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan alim ulama pada zaman itu. Raja bertanya kepada mereka tentang Ainul hayat itu tetapi mereka menjawab: kita tidak tahu kabarnya, namun ada seorang yang alim di antara mereka menjawab :” sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap.” Dimanakah tempat bumi yang gelap itu ? Tanya raja. Dan dijawab, yaitu di tempat keluarnya matahari.
Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya: “ kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap? Dan sahabat menjawab, yaitu kuda betina yang perawan. Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang masih perawan, lalu raja memilih di antara tentaranya yang sebanyak 6000 orang dipilih yang cendekiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya. Setelah menempuh perjalanan jauh maka mereka jumpai dalam perjalanan,bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat. Kemudian mereka tidak berhenti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam.
Kemudian seorang yang sangat cendekiawan mencegah raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya berkata kepada raja. “Wahai raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini karena tempat ini gelap dan berbahaya “. Raja berkata : “Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak “. Kemudian raja hendak masuk, maka mereka semua membiarkannya siapakah yang berani membantah perintah maharaja yang disegani dunia barat dan dunia timur. Kemudian raja berkata kepada pasukannya : “ Diamlah, kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa 12 tahun itu maka kita pulang bersama, jika aku tidak datang selama 12 tahun maka pulanglah kembali ke negeri kalian.
Kemudian raja berkata kepada Malaikat Rifail : “ Apabila kita melewati tempat yang gelap ini apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ? “. “ Tidak bisa kelihatan “ , jawab Malaikat Rifail : “ Akan tetapi aku memberimu sebuah mutiara, jika mutiara itu ke atas bumi maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras dengan demikian maka teman-teman kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian” . Kemudian Raja Zulkarnain masuk ke tempat tersebut dengan didampingi oleh Nabi Khidir. Disaat mereka jalan Allah memberikan wahyu kepada Nabi khidir As, “ Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat itu Aku khususkan untuk kamu “. Setelah Nabi Khidir menerima wahyu tersebut kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya : “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian “.
Lalu beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidir turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “ Ainul Hayat “( sumber air hidup ) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air hidup tersebut maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis dibanding madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain sedangkan raja tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Nabi Khidir As yaitu pada saat Nabi Khidir melihat Ainul Hayat dan mandi.
Raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdenganr oleh Raja suara gemericik di bawah kaki kuda. Kenudian Raja berkata kepada Malaikat Rafail “ Suara apakah yang gemerincing di bawah kaki kuda tersebut ? “, Malaikat Rafail menjawab : “ gemericik adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya niscaya ia akan menyesal juga. Suara gemericik itu membuat orang jadi penasaran namun semua orang ragu-ragu dalam mentukan sikapnya, mengambil benda itu atau tidak ?. Kemudian diantara pasukan ada yang mengambilnya namun hanya sedikit setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu ternyata bahwa benda tersebut adalah permata yakut berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau; maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, apalagi para pasukan yang tidak mengambilnya pasti lebih menyesal lagi kenapa mereka begitu bodoh tidak mengambil permata yang mahal harganya itu.
Demikianlah kisah asal mula Nabi Khidir berumur panjang. Bukti bahwa Nabi Khidir berumur panjang adalah dari adanya kisah-kisah yang menyebutkan bahwa beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa As, lalu beliau juga pernah bertemu dengan Rosullullah SAW dan bahkan pernah berguru Ilmu Fiqih kepada Imam Abu Hanifah.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak penjelasan yang merupakan fatwa dari para ulama yang sholeh berikut ini.
Segala puji bagi Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan shalawat serta salam atas Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
Khidir adalah seorang nabi dari nabi-nabi Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan pendapat yang benar adalah bahwa Nabi Khidir ‘alaihissalam telah mati sebagaimana manusia lainnya, maka dia tidak dapat mengelilingi dunia, dan dia tidak berubah-rubah bentuk dan rupa, dan dia bukanlah sebab kaya atau miskinnya seseorang, dan telah dikeluarkan fatwa sebagai berikut; yang benar dari dua pendapat ulama adalah pendapat Jumhur yang mengatakan bahwa Nabi Khidir ‘alaihissalam telah meninggal berdasarkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad)” (QS: Al Anbiyaa’: 34)
Dan berdasarkan hadits yang shahih dari Ibnu Umar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Ibnu Umar berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat isya’ mengimami kami pada suatu malam pada akhir hayatnya dan ketika selesai shalat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berkata, yang artinya: “Terangkanlah kepadaku malam kalian ini, sesungguhnya di akhir 100 tahun ini tidak ada orang-orang yang hidup saat ini yang masih hidup (pada akhir seratus tahun itu)”. Ibnu Umar berkata; maka para sahabat salah pada apa yang mereka bicarakan tentang perkataan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam 100 tahun, maka Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Tidak akan hidup orang yang hidup di muka bumi sekarang (maksudnya adalah setelah habisnya abad ini)” (HR: Muslim)
Kemudian asal yang sering terjadi dalam sunatullah adalah anak adam pasti akan mati, maka kita harus mengikuti asal tersebut sehingga kita mendapatkan dalil yang merubahnya dan tidak shahih keberadaan dalil yang menunjukkan pengecualian terhadap Nabi Khidir ‘alaihissalam.
(Sumber Rujukan: Fatwa Lajnah Daimah, Ketua Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Wakil ketua Syaikh Abdur Razzaq Afifi, Anggota Syaikh Abdullah bin Ghadyan dan Syaikh Abdullah bin Qo’ud.jilid III hal. 210)
Kisah Nabi Khidir Dengan Raja Iskandar Dzul Karnain
Bahwa Nabi Khidir itu berumur panjang dan masih hidup sampai sekarang masih diyakini sebagian besar kaum muslimin pada umumnya, khususnya umat muslimin Islam tradisional di Indonesia.Kisah-kisah tentang Nabi Khidir ii terus menarik perhatian semua orang karena keunikannya.
Berikut ini di tuturkan kisah asal mula Nabi Khidir bisa berumur panjang, walau semua itu tidak lepas dari kehendak Allah SWt.
Kisah ini diriwayatkan ole Ats-tsa labi dari imam Ali, yang bermula dari Raja Iskandar Zulkarnain yang disebut The Great Alexander (Iskandar yang agung). Sebutan The Great Alexander kepada Raja Iskandar Zulkarnain karena beliau adalah seorang kaisar yang mampu menaklukkan dunia barat dan timur.Beliau disegani dan ditakuti orang di seluruh dunia pada zamannya.Walau demikian, posisi ini tidak menjadikan beliau sombong, beliau adalah salah seorang raja yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Suatu ketika raja Iskandar Zulkarnain pada tahun 3-2 SM berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi (istilah ke tepi bumi ini disebut orang sebelum Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1492 pada saat itu anggapan orang bumi itu tidak bulat). Allah mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rafa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Zulkarnain.
Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang dan raja Iskandar Zulkarnain berkata kepada malaikat Rafa’il : “wahai malaikat Rafa’il ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit.” Malaikat Rafa’il berkata:”ibadah para malaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya. Ada yang sujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya.” Mendengar keterangan ini Raja termenung. Dalam benaknya timbul keinginan bisa melakukan hal yang sama seperti malaikat. Niatnya hanya satu agar dapat beribadah kepada Allah. Lalu malaikat Rafa’il berkata: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air di bumi, namanya Ainul hayat yang artinya sumber air hidup, maka barang siapa yang meminumnya seteguk,maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia memohon kepada Allah agar supaya dimatikan.”
Kemudian raja bertanya kepada malikat Rafa’il:” apakah kau tahu dimana tempat ainul hayat itu.” Malaikat rafa’il menjawab: “ Bahwa sesungguhnya Ainul hayat itu berada di bumi yang gelap.”Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rafa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan alim ulama pada zaman itu. Raja bertanya kepada mereka tentang Ainul hayat itu tetapi mereka menjawab: kita tidak tahu kabarnya, namun ada seorang yang alim di antara mereka menjawab :” sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap.” Dimanakah tempat bumi yang gelap itu ? Tanya raja. Dan dijawab, yaitu di tempat keluarnya matahari.
Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya: “ kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap? Dan sahabat menjawab, yaitu kuda betina yang perawan. Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang masih perawan, lalu raja memilih di antara tentaranya yang sebanyak 6000 orang dipilih yang cendekiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya. Setelah menempuh perjalanan jauh maka mereka jumpai dalam perjalanan,bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat. Kemudian mereka tidak berhenti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam.
Kemudian seorang yang sangat cendekiawan mencegah raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya berkata kepada raja. “Wahai raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini karena tempat ini gelap dan berbahaya “. Raja berkata : “Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak “. Kemudian raja hendak masuk, maka mereka semua membiarkannya siapakah yang berani membantah perintah maharaja yang disegani dunia barat dan dunia timur. Kemudian raja berkata kepada pasukannya : “ Diamlah, kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa 12 tahun itu maka kita pulang bersama, jika aku tidak datang selama 12 tahun maka pulanglah kembali ke negeri kalian.
Kemudian raja berkata kepada Malaikat Rifail : “ Apabila kita melewati tempat yang gelap ini apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ? “. “ Tidak bisa kelihatan “ , jawab Malaikat Rifail : “ Akan tetapi aku memberimu sebuah mutiara, jika mutiara itu ke atas bumi maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras dengan demikian maka teman-teman kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian” . Kemudian Raja Zulkarnain masuk ke tempat tersebut dengan didampingi oleh Nabi Khidir. Disaat mereka jalan Allah memberikan wahyu kepada Nabi khidir As, “ Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat itu Aku khususkan untuk kamu “. Setelah Nabi Khidir menerima wahyu tersebut kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya : “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian “.
Lalu beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidir turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “ Ainul Hayat “( sumber air hidup ) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air hidup tersebut maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis dibanding madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain sedangkan raja tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Nabi Khidir As yaitu pada saat Nabi Khidir melihat Ainul Hayat dan mandi.
Raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdenganr oleh Raja suara gemericik di bawah kaki kuda. Kenudian Raja berkata kepada Malaikat Rafail “ Suara apakah yang gemerincing di bawah kaki kuda tersebut ? “, Malaikat Rafail menjawab : “ gemericik adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya niscaya ia akan menyesal juga. Suara gemericik itu membuat orang jadi penasaran namun semua orang ragu-ragu dalam mentukan sikapnya, mengambil benda itu atau tidak ?. Kemudian diantara pasukan ada yang mengambilnya namun hanya sedikit setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu ternyata bahwa benda tersebut adalah permata yakut berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau; maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, apalagi para pasukan yang tidak mengambilnya pasti lebih menyesal lagi kenapa mereka begitu bodoh tidak mengambil permata yang mahal harganya itu.
Demikianlah kisah asal mula Nabi Khidir berumur panjang. Bukti bahwa Nabi Khidir berumur panjang adalah dari adanya kisah-kisah yang menyebutkan bahwa beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa As, lalu beliau juga pernah bertemu dengan Rosullullah SAW dan bahkan pernah berguru Ilmu Fiqih kepada Imam Abu Hanifah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar